Bagi umat Islam, tokoh ulama adalah tokoh yang sangat dimuliakan dan dikagumi. Ajaran-ajaran keagamaan yang disampaikan para ulama seharusnya menjadi ilmu yang dapat mengatur kehidupan sehari-sehari sebagai muslim. Terlebih lagi, para ulama terdahulu yang sangat berjasa dalam menyusun kitab-kitab hadis atas terjemahan Alquran dan beberapa perkataan Rasulullah yang dijadikan panutan sebagai umat Islam.
Diantaranya banyaknya ulama ahli tafsir yang berkonstribusi dalam menciptakan referensi seputar ajaran ketauhidan Allah, Imam Abu Hanifah adalah salah satunya. Imam Abu Hanifah bernama lengkap Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi. Abu Hanifah lahir di Kufah, Irak pada tahun 699 M/ 80 H. Abu Hanifah banyak meriwayatkan hadis Rasulullah karena beliau pernah bertemu dengan sahabat Nabi, Anas bin Malik dan para tentara Perang Badar yang sangat dimuliakan Allah.
Imam Abu Hanafi merupakan panutan para ulama terkenal seperti Imam syafi’i, Malik bin Anas, Abu Dawud dan Imam Bukhari karena Imam Abu Hanafi dikenal sebagai orang pertama yang menyusun kitab fiqih seputar shalat, thaharah dan lain-lain. Imam hanafi dikenal sebagai pendiri Mazhab Hanafi.
Perjalanan Menuntut Ilmu
Abu Hanifah sejak kecil sering mengikuti ayahnya bepergian menjual kain sutra. Di sela-sela kegiatannya membantu ayah, Abu Hanifah selalu menyempatkan diri mengunjungi masjid Kufah dan beribadah disana. Tanpa ada yang menyangka, Abu Hanifah mampu menghafalkan Alquran dan ribuan hadits karena seringnya ia mengunjungi masjid Kufah. Dari sinilah orang-orang menyadari bahwasanya Abu Hanifah memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak lain seusianya bahkan orang dewasa sekalipun.
Karena banyak yang mengagumi kecerdasan anak ini, lantas orang-orang di sekitarnya menganjurkan agar Abu Hanifah berguru menuntut ilmu kepada para ulama. Ketika memulai perjalanan pencarian ilmunya, Abu Hanifah tertarik dengan bidan keilmuwan tauhid, kalam dan metafisika. Kemudian Abu Hanifah menjadikan fikih sebagai konsentrasi kajian utamanya. Melalui seorang Syaikh terkenal di Kufah, Abu Hanifah terus memperdalam ilmunya di Kufah, kota dimana menjadi pusat domisiliki para ulama fikih ternama Iraq.
Karakter Abu Hanifah
Karakter Abu Hanifah yang tegas dan keras kepala membawa Abu Hanifah ke banyaknya dunia perdebatan. Karena sifatnya yang sangat keras kepala dan teguh pada pemikiran-pemikirannya ini, tidak jarang jika para Syaikh menjadi kesal dan menjauhinya. Namun hal ini tidak berlangsung lama, mengingat dibalik sifat keras kepalanya, Abu Hanifah merupakan santri yang berdedikasi tinggi akan bidang keilmuwan dan tetap menghormati para guru-gurunya. Hingga memasuki usia 22 tahun, Abu Hanifah dilepas oleh Syaikh Hammad bin Abu Sulaiman karena dirasa sudah mampu dan luas ilmunya. Namun tetap saja, Abu Hanifah selalu mengunjungi guru-gurunya untuk bertukar pikiran dan memperluas ilmunya.
Demikian uraian singkat seputar Abu Hanifah. Jika Anda ingin lebih mengenal banyak kisah dan biografi ulaa terdahulu, Anda dapat mengunjungi hasana.