Aksesoris Masjid yang Harus Anda Ketahui (Demi Memakmurkan Masjid Kita Smua)

Aksesoris mesjid menjadi kebutuhan opsional yang perlu dipertimbangkan oleh para pengurus mesjid. Selain untuk kebutuhan keindahan, sebagian aksesoris juga berguna untuk menambah kekhusyukan dalam beribadah. Nah, kali ini kami berkeinginan berbagi aksesoris apa saja yang kiranya sepatutnya disediakan di mesjid.

1. Sandal wudhu

Sandal wudhu penting untuk disediakan bagi mesjid yang berada di tengah perkotaan. Hal ini dikarenakan mesjid di tengah perkotaan yang lazimnya memiliki banyak pengunjung yang tidak membawa sandal. Seumpama saja orang-orang yang berprofesi di sekitar mesjid yang lazimnya mengenakan sepatu.

2. Karpet

Karpet mesjid bisa dibilang menjadi salah satu aksesoris sepatutnya. Tak hanya untuk keindahan saja, tapi karpet mesjid juga perlu untuk menjaga kebersihan lantai mesjid dari najis yang mungkin tanpa disengaja terbawa oleh pengunjung.

3. Jam Komputerisasi

Jam digital mesjid penting disediakan untuk mengetahui waktu sholat yang pas. Sebagian jam digital mesjid juga menyediakan fitur murottal yang bisa di putar pada waktu-waktu tertentu.

4. Mimbar

Mimbar menjadi salah satu aksesoris penting yang sepatutnya ada di mesjid. Lazimnya mimbar diaplikasikan untuk memberi tahu khotbah, kajian atau pidato di mesjid.

5. Mukena

Pada sebagian situasi, misalnya saja ketika perjalanan jauh, banyak kaum wanita yang tidak membawa mukena untuk sholat. Oleh karena itu menyediakan mukena menjadi sesuatu yang sepatutnya

6. Bedug

Bedug Ini adalah suatu kelaziman dalam budaya Indonesia untuk menyebarluaskan dakwah keislaman, Sejak wali Songo, Bedug merupakan sarana untuk memanggil jamaah atau warga sekitar masjid untuk solat ke masjid.

Mesjid (format tak baku: masjid) merupakan rumah daerah ibadah umat Islam atau Muslim. Mesjid artinya daerah sujud, dan sebutan lain bagi masjid di Indonesia merupakan musala, langgar atau musholla. Istilah tersebut diperuntukkan bagi masjid yang tak diaplikasikan untuk salat Jumat, dan umumnya berukuran kecil. Kecuali diaplikasikan sebagai daerah ibadah, masjid juga merupakan sentra kehidupan kelompok sosial muslim. Aktivitas-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al-Qur\’an sering dikerjakan di Mesjid. Malahan dalam sejarah Islam, masjid ikut membatasi peranan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.
Mesjid berarti daerah beribadah. Akar kata dari masjid merupakan sajada di mana sajada berarti sujud atau patuh. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti \”tiang suci\” atau \”daerah sembahan\”.[1]

Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini berasal dari kata mezquita[1] dalam bahasa Spanyol. Dan kata mosque kemudian menjadi populer dan diaplikasikan dalam bahasa Inggris secara luas
Menara-menara, serta kubah masjid yang besar, seakan menjadi saksi alangkah jayanya Islam pada kurun abad pertengahan. Mesjid sudah lewat serangkaian tahun-tahun terpanjang di sejarah hingga sekarang. Mulai dari Perang Salib hingga Perang Teluk. Selama lebih dari 1000 tahun pula, arsitektur Mesjid perlahan-lahan mulai menyesuaikan bangunan masjid dengan arsitektur modern.
Saat Nabi Muhammad saw tiba di Madinah, dia menentukan untuk membangun sebuah masjid, yang sekarang diketahui dengan nama Mesjid Nabawi, yang berarti Mesjid Nabi. Mesjid Nabawi terletak di sentra Madinah. Mesjid Nabawi dibangun di sebuah lapangan yang luas. Di Mesjid Nabawi, juga terdapat mimbar yang sering diaplikasikan oleh Nabi Muhammad saw[1]. Mesjid Nabawi menjadi jantung kota Madinah ketika itu. Mesjid ini diaplikasikan untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan strategi militer, dan untuk mengadakan perjanjian. Malahan, di zona sekitar masjid diaplikasikan sebagai daerah tinggal sementara oleh orang-orang fakir miskin.

Saat ini, Masjidil Haram, Mesjid Nabawi dan Mesjid al-Aqsa merupakan tiga masjid tersuci di dunia
Mesjid kemudian dibangun di daerah luar Semenanjung Arab, seiring dengan kaum Muslim yang berdomisili di luar Jazirah Arab. Mesir menjadi daerah pertama yang diatur oleh kaum Muslim Arab pada tahun 640. Semenjak ketika itu, ibu kota Mesir, Kairo dipenuhi dengan masjid. Karenanya dari itu, Kairo dijuluki sebagai kota seribu menara.[4] Sebagian masjid di Kairo berfungsi sebagai sekolah Islam atau madrasah malah sebagai rumah sakit.[5] Mesjid di Sisilia dan Spanyol tak menirukan desain arsitektur Visigoth, tapi menirukan arsitektur bangsa Moor.[6] Para ilmuwan kemudian memperkirakan bahwa format bangunan pra-Islam kemudian diubah menjadi format arsitektur Islam ala Andalus dan Magribi, seperti contoh lengkung tapal kuda di pintu-pintu masjid.[7]

Menara Mesjid Raya Xi\’an di Xi\’an, Tiongkok
Mesjid pertama di Tiongkok berdiri pada abad ke 8 Masehi di Xi\’an. Mesjid Raya Xi\’an, yang terakhir kali di rekonstruksi pada abad ke 18 Masehi, meniru arsitektur Tiongkok. Mesjid di bagian barat Tiongkok seperti di daerah Xinjiang, meniru arsitektur Arab, di mana di masjid terdapat kubah dan menara. Padahal, di timur Tiongkok, seperti di daerah Beijing, mengandung arsitektur Tiongkok.[8]

Mesjid mulai masuk di daerah India pada abad ke 16 semasa kerajaan Mugal berkuasa. Mesjid di India mempunyai karakteristik arsitektur masjid yang lain, seperti kubah yang berbentuk seperti bawang. Kubah tipe ini dapat diamati di Mesjid Jama, Delhi.

Mesjid pertama kali didirikan di Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke 11 Masehi, di mana pada ketika itu orang-orang Turki mulai masuk agama Islam. Sebagian masjid awal di Turki merupakan Aya Sofya, di mana pada zaman Bizantium, bangunan Aya Sofya merupakan sebuah katedral. Kesultanan Utsmaniyah mempunyai karakteristik arsitektur masjid yang unik, terdiri dari kubah yang besar, menara dan bagian luar gedung yang lapang. Mesjid di Kesultanan Usmaniyah umumnya mengkolaborasikan tiang-tiang yang tinggi, jalur-jalur kecil di antara shaf-shaf, dan langit-langit yang tinggi, juga dengan menggabungkan mihrab dalam satu masjid.[9] Sampai ketika ini, Turki merupakan rumah dari masjid yang berciri khas arsitektur Utsmaniyah.

Secara berjenjang, masjid masuk ke sebagian bagian di Eropa. Perkembangan jumlah masjid secara kencang mulai menonjol seabad yang lalu, ketika banyak imigran Muslim yang masuk ke Eropa. Kota-kota besar di Eropa, seperti München, London dan Paris memilki masjid yang besar dengan kubah dan menara. Mesjid ini umumnya terletak di daerah urban sebagai sentra kelompok sosial dan kegiatan sosial untuk para muslim di daerah tersebut. Padahal demikian itu, seseorang dapat menemukan sebuah masjid di Eropa jikalau di sekitar daerah tersebut ditinggali oleh kaum Muslim dalam jumlah yang cukup banyak.[10] Mesjid pertama kali timbul di Amerika Serikat pada awal abad ke 20. Mesjid yang pertama didirikan di Amerika Serikat merupakan di daerah Cedar Rapids, Iowa yang dibangun pada kurun akhir 1920an. Bagaimanapun, kian banyak imigran Muslim yang datang ke Amerika Serikat, secara khusus dari Asia Selatan, jumlah masjid di Amerika Serikat bertambah secara drastis. Dimana jumlah masjid pada waktu 1950 sekitar 2% dari jumlah masjid di Amerika Serikat, pada tahun 1980, 50% jumlah masjid di Amerika Serikat didirikan

Menurut sejarawan Muslim, sebuah kota yang ditaklukkan tanpa konfrontasi dari penduduknya, maka pasukan Muslim memperkenankan penduduk untuk tetap mempergunakan gereja dan sinagoge mereka. Tetapi, ada sebagian gereja dan sinagoge yang beralih fungsi menjadi sebuah masjid dengan persetujuan dari tokoh agama setempat. Misal pada perubahan fungsi Mesjid Umayyah, di mana khalifah Bani Umayyah, Abdul Malik mengambil gereja Santo Yohannes pada tahun 705 dari Umat Kristiani. Kesultanan Utsmaniyah juga mengerjakan alih fungsi terhadap sebagian gereja, biara dan kapel di Istanbul, termasuk gereja terbesar Ayasofya yang diubah menjadi masjid, sesudah kejatuhan kota Konstantinopel pada tahun 1453 oleh Muhammad al-Fatih. Beberapa masjid lainnya juga didirikan di daerah suci milik Yahudi dan Kristen, seperti di Yerusalem.[1] Penguasa Muslim di India juga membangun masjid cuma untuk memenuhi tugas mereka di bidang agama.

Sebaliknya, masjid juga dialih fungsikan menjadi daerah ibadah yang lain, seperti gereja. Hal ini dilakukan oleh umat Kristiani di Spanyol yang merubah fungsi masjid di selatan Spanyol menjadi katedral, mengikuti keruntuhan kekuasaan Bani Umayyah di selatan Spanyol.[12] Mesjid Agung Kordoba sekarang dialih fungsikan menjadi sebuah gereja. Beberapa masjid di wilayah Semenanjung Iberia, Eropa Selatan dan India juga dialih fungsikan menjadi gereja atau pura sesudah kekuasaan Islam tidak berkuasa lagi.

You may also like...